Kecerdasan Mauricio Pochettino yang Menghentikan Laju Chelsea
Pada 5 Januari 2017 lalu, Tottenham Hotspur di bawah asuhan Mauricio Pochettino berhasil mengehentikan rekor kemenangan Chelsea dalam 13 pekan terakhir. Dari hasil pertandingan, dapat terlihat bahwa Pochettino tidak hanya beruntung, melainkan juga telah memperhitungkan bagaimana cara untuk menumbangkan tim sekuat The Blues. Skor akhir 2-0 dengan dua gol sumbangan Dele Alli dianggap sebagai kecerdasan dari strategi Pochettino dan eksekusi pemain Tottenham Hotspur.
Dua gol tersebut adalah sundulan dari kepala yang sama, yakni Dele Alli. Dua gol sundulan itu bukan hanya memutus keberuntungan Chelsea, melainkan juga sebagai gol pertama yang datang lewat sundulan di musim ini. Dari fakta itu, dapat dilihat bahwa gol ini tidak hanya merupakan hasil dari kepiawaian pemain dalam memanfaatkan kesempatan, melainkan juga hasil perhitungan manajer Mauricio Pochettino.
Mauricio Pochettino telah mempelajari pola permainan Chelsea dalam beberapa pertandingan terakhir. Dia pun mendapati bahwa Chelsea kurang mempersiapkan diri dalam menepis serangan atas dan sundulan. Hal inilah yang dimanfaatkan Pochettino untuk meraih peluang kemenangan. Ia menegaskan pada pemainnya untuk melakukan serangan atas. Hal itulah yang kemudian membuyarkan konsentrasi para pemain The Blues.
Analisis Proses Terciptanya Gol Totenham Hotspur
Gol pertama diraih tim asuhan Mauricio Pochettino Hotspur melalui assist Cristian Eriksen. Sebelumnya, bola berada di kaki Kyle Walker yang menyusuri sisi kanan dari pertahanan Chelsea. Lalu bola diberikan kepada Christian Eriksen. Tidak lama setelah itu, bola sudah menjadi sebuah umpan lambung yang langsung disambut dengan sundulan Dele Alli, gol pertama pun tercipta.
Jika kita perhatikan tayangan ulang gol tersebut, dapat dilihat bagaimana sebuah taktik dimainkan di sini. Saat Eriksen memegang bola, terlihat tiga orang pemain bertahan Chelsea terdorong untuk meninggalkan posisi mereka untuk mengawal pergerakan Eriksen. Tanpa mereka sadari pemain lain sudah siap menyambut, yakni Alli. Selain karena kurangnya pengawalan, postur tinggi Alli yang mengungguli kedua pengawalnya itu berhasil membuatnya dengan mudah memanfaatkan kesempatan menyundul bola. Ia unggul dalam duel udara dengan Azpilicueta yang memiliki postur 10 cm di bawahnya.
Gol kedua tercipta dengan cara yang hampir sama. Bola berada di kaki Kyle Walker pada awalnya. Kemudian, Walker memberikannya sebagai umpan kepada Eriksen. Tidak lama, Eriksen segera memberikan umpan kepada Alli, yang langsung disambut menjadi gol kedua. Perbedaannya, pada gol kedua ini ada David Luiz yang sudah menyadari apa yang dilakukan oleh tiga pemain itu. Ia tidak terpengaruh untuk meninggalkan posisinya. Namun tetap saja ada pemain yang lengah dan meninggalkan posisi, yakni Azpilicueta.
Hal yang unik pada gol kedua ini adalah hadirnya Kane di kotak penalti. Tujuan Kane semata-mata adalah sebagai pemecah konsentrasi belaka, itu saja. Hal ini dapat terlihat jelas dari bagaimana tidak satupun umpan yang benar-benar mengarah padanya. Taktik yang digunakan Mauricio Pochettino ini pun dianggap benar-benar cerdas.
Pelajaran yang dapat diambil dari pertandingan ini adalah kurangnya koordinasi dalam pengawalan man to man di lini pertahanan Chelsea. Entah karena mereka sedang berada dalam posisi prima sehingga hanya berfokus apda penyerangan saja atau memang hal itu tidak diperhitungkan sejak awal. Kemungkinan lainnya adalah memang Mauricio Pochettino yang begitu cerdas dan menemukan titik lemah Chelsea. Apapun itu, sebaiknya Chelsea mulai mempertimbangkan untuk memperbaiki lini pertahanan mereka. Sebab pertandingan ini tentu akan membuka celah bagi banyak tim lain untuk melakukan analisa yang lebih mendalam lagi tentang taktik 3-4-3 ala Antonio Conte.